Amos 3:1-8
Allah adalah hakim yang adil dan benar
Saudara,
saya memiliki 3 anak laki-laki, sebelum punya anak saya berfikir, mendidik anak
itu gampang, tetapi ternyata tidak seperti saya bayangkan. Satu hal yang sangat sulit, bagi saya dalam
mendidik anak adalah bagaimana berlaku adil terhadap tiga anak saya. Sebagai contoh, dulu kalau beli satu baju bisa di pakai tiga anak, karena anak
saya laki-laki semua. Pertama-tama kokonya yang pakai, kalau sudah sempit
adiknya yang pakai, setelah itu yang bungsu pakai. Awal-awalnya tidak masalah,
tetapi semakin besar, adik-adiknya semakin mengerti, lalu yang adiknya mulai
protes, koq enak Koko pake baju baru
terus, kami pakai yang bekas. Ini tidak adil...beberapa waktu terakhir ini,
kata tidak adil, semakin sering saya dengar.... Bukan hanya masalah baju,
tetapi masalah-masalah yang lain juga
termasuk ketika kami mendisplinkan mereka. Ketika kami hendak mendisiplin anak
kami, sering ada yg protes kenapa kami
dipukul, apa salah kami? Papa tidak adil,
Papa lebih sayang adik, mama lebih sayang Koko...papa tidak sayang lagi
kepada kami dlsb. Saya orang yang jarang
untuk menghukum anak, jadi kalau sudah memukul anak saya, itu berarti
kesalahannya sudah dilakukan berulang-ulang dan apa yg dilakukannya adalah sesuatu
yang tidak dapat ditolerir lagi. Ketika saya menghukum bukan berarti saya
membenci mereka, tetapi justeru karena saya mengasihi mereka. Tujuannya supaya mereka menjadi anak yang baik. Namun seringkali anak-anak tidak memahami maksud baik dari kita orang tua ketika mendisplin mereka.
Sdr. Hal yang sama
terjadi bagi bangsa Israel, ketika Allah
menghukum mereka bukan berarti Allah
tidak mengasihi mereka, tetapi justeru karena Allah mengasihi mereka maka Allah
mendisplinkan mereka. Selain itu kesalahan mereka sdh tidak dapat ditolerir
lagi. Karena mereka telah berulang-ulang melakukan kesalahan dan dosa.
Sebagaimana dikatakan dalam Amos 2:6, karena tiga perbuatan jahat bahkan empat,
Tuhan katakan Aku tidak menarik lagi keputusanku... Kata tiga bahkan empat
menunjukan kepada kita bahwa kesalahan dan dosa yang dilakukan mereka bukan sekali saja tetapi
berulang-ulang, itulah yang menyebabkan
Tuhan akan menghukum mereka.
Ketika Amos memberitakan bahwa
mereka akan mendapat hukuman dari
Allah. Mereka seakan-akan bertanya,
mengapa mereka harus dihukum oleh Allah? Bukankah mereka adalah umat pilihan
Allah? Mereka berfikir bahwa Allah tidak
konsisten dengan janji-janji-Nya. Mereka berfikir bahwa Allah tidak adil,
karena menurut mereka bahwa mereka sudah
hidup benar, mereka merasa tidak berdosa, mereka mengatakan apa yang kurang
dari kami, bukankah kami beribadah kepada Allah, bukankah kami memberi
persembahan? Kenapa Allah tidak memperingatkan mereka akan kesalahan mereka?
Nah
saudara, dalam pasal 3:1-8, yang telah kita baca tadi, Allah melalui nabi Amos,
mau menyatakan, bahwa ketika Allah menimpahkan hukuman kepada mereka, bukan
Allah berlaku sewenang-wenang, sembarang menghukum, Allah menghukum bukan tanpa
dasar! tetapi hukuman Allah didasarkan pada keadilan, kasih dan kebenaran. Allah sudah
memberikan anugerah bagi mereka yaitu dengan berulang-ulang menyatakan
kesalahan mereka, supaya mereka bertobat, berbalik tetapi mereka sendiri yang mengabaikan akan peringatan dari Allah, mereka
meremehkan peringatan dari Tuhan.
Dari pembacaan kita tadi setidaknya ada tiga
hal yang menunjukan bahwa ketika Allah menghukum bangsa Israel didasarkan pada keadilan
Allah:
Pertama, Allah telah memperingati bangsa
Israel melalui Firman Tuhan tetapi mereka mengabaikan peringatan dari Tuhan. (ay.1-2)
Sdr.
Dalam ayat 1 Amos memulai dengan kata “dengarlah firman ini”. Kata “dengar atau
dengarlah” sering diungkapkan oleh atau para nabi Allah kepada bangsa Israel, dalam
kitab Amos minimal ada tiga kali disebutkan kata ini. Kata ini mengandung arti
bukan sekedar mendengar tetapi benar-benar memperhatikan dengan serius apa yang
akan disampaikan oleh Allah dan melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.
Sepanjang sejarah Allah terus berbicara kepada bangsa Israel baik melalui wahyu
umum, maupun para nabi, melalui FT namun mereka tidak mengindahkan apa yang
disampaikan oleh Allah. Segala peringatan melalui firman Tuhan terus
disampaikan oleh Allah kepada mereka, supaya mereka mentaati tetapi semua
dianggap angin lalu. Hanya masuk telinga kiri keluar telinga kanan.
Sdr. Amos memulai dalam
ayat 1-2 dengan mengingatkan mereka mengenai kasih sayang Tuhan bagi mereka.
Amos mengingatkan mereka bagaimana Allah mengasihi mereka. Ketika Allah melihat penderitaan mereka di Mesir,
Allah dengan penuh kasih sayang membawa mereka keluar dari Mesir supaya mereka
dibebaskan. Supaya mereka dapat menikmati kebebasan yang sungguh, dan menerima
segala berkat dari Tuhan di tanah perjanjian. Namun ketika mereka sudah berada di tanah perjanjian,
mereka begitu cepat melupakan Tuhan, mereka hanya mengingat berkat Tuhan,
tetapi lupa kepada sang pemberi berkat. Mereka lupa akan perjanjian mereka
dengan Tuhan di Gunung Ebal dan Gerizim
(dalam ul. 27-28) yaitu mereka akan diberkati jikalau mereka benar-benar mendengar suara Tuhan dan
melakukan perintah Tuhan dan kutuk akan ditimpahkan kepada mereka jikalau
mereka tidak mendengar perintah
Tuhan.
Selanjutnya
diayat 2, Amos lebih mempertegas, tentang keadilan Allah dalam penghukuman
kepada mereka. Ketika bangsa Israel
bertanya mengapa Tuhan harus menghukum mereka?Jawabannya “ Karena hanya mereka yang di kenal oleh Allah, sehingga Allah akan menghukum mereka, ”. Kata
“hanya kamu yang Ku kenal” menunjukan suatu kedalaman hubungan antara umat
Israel dan Tuhan. Allah di sini mengungkapkan seolah-olah Allah tidak mengenal
bangsa lain, Allah hanya mengenal bangsa Israel saja. Disini Allah mau menyatakan bahwa
antara Allah dan Israel ada ikatan yang begitu erat yang tidak dapat dipisahkan,
seperti ikatan suami istri yang diikat oleh perjanjian dengan sumpah. Namun mereka tidak mengindahkan perjanjian yang telah
disepakati bersama. Ketidaktaatan mereka terhadap Firman Tuhan menyebabkan
Tuhan harus menghukum mereka. Namun hukuman ini tidak didasari oleh kebencian
Allah kepada Israel tetapi oleh kasih Allah, supaya mereka bisa bertobat dan
kembali kepada Allah. Itulah tujuan
penghukuman Allah bagi Israel.
Saudara, bagi kita yang sudah memiliki anak, saya
yakin kita pernah mendisplin anak kita, atau
memukul anak kita karena
kenakalannya.. Saya yakin bahwa tidak ada orang tua yang senang memukul
anaknya, tetapi mau tidak mau, kalau kita menyayangi anak kita, maka kita harus
memukul atau mendisiplin anak kita, jikalau hidup mereka tidak benar.
Sebagai seorang ayah, saya terkadang
memukul anak saya karena tidak mau dengar apa yang saya katakan, namun setelah
memukul hati saya begitu perih, bahkan
lebih sakit dari pukulan saya kepada anak saya. Tetapi saya tidak ada pilihan
lain, karena saya mengasihi dia, kalau dia bukan anak saya, saya tidak akan
memukulnya, demikian juga dengan apa yang dilakukan Allah, kepada bangsa
Israel. Tuhan katakan, hanya engkau yang
ku kenal, maka aku akan menghukummu.
Sdr. Seharusnya bangsa Israel dengan statusnya sebagai umat perjanjian Allah,
sikap hidup mereka seharusnya benar, karena mereka sudah tahu Firman Tuhan,
sudah mengalami bagaimana kasih Tuhan, pimpinan Tuhan dalam hidup mereka. Namun
dihadapan Tuhan mereka seperti anak yang tidak tahu diri, seperti seorang istri
atau suami yang menghianati perjanjian
pernikahannya dengan terus berselingku
dengan laki-laki atau wanita lain. Tidak mau mendengar nasihat, dari orang
mengasihinya.
Aplikasi: Saudara kita
sama seperti bangsa Israel, kita adalah umat perjanjian Allah, kita adalah anak
Allah. Seharusnya seorang anak yang baik tentunya mengenal dengan baik Bapanya,
seharusnya taat pada Bapanya, tahu apa yang disenangi dan tidak disenangi
oleh bapanya. Namun kenyataan, bukankah
kita yang mengatakan anak Tuhan, seringkali kita tidak taat kepada Tuhan, kita tidak mau mendengar
Tuhan berbicara bagi kita. Allah terus
berbicara bagi kita, baik melalui Firman Tuhan, melalui roh Kudus yang tinggal
dalam hati kita untuk menyatakan kesalahan, dosa kita. Namun kita terkadang
tidak mau mendengar suara Tuhan, terkadang suara Tuhan kita abaikan, kenikmatan
dunia, kemewahan dunia, mengaburkan suara Tuhan berbicara bagi kita. kita lebih
senang mendengar bisikan untuk hidup dalam dosa dari pada suara Tuhan berbicara
untuk kita hidup kudus.
Saudara, kepekaan untuk mendengar suara Tuhan adalah
suatu yang sangat penting bagi kita sebagai orang percaya, agar kita menjadi
anak2 Tuhan yang sungguh-sungguh berkenan kepada Tuhan.
Kedua, hukuman Tuhan didasarkan kepada
keadilan Allah karena sebelumnya Tuhan sudah memperingati bangsa Israel melalui
tanda-tanda tetapi mereka tidak memiliki
kepekaan untuk melihat tanda-tanda dari Tuhan. (3-6)
Hubungan
kita dengan Tuhan dalam Alkitab digambarkan seperti hubungan suami istri atau
hubungan ayah dan anak, yaitu adanya suatu relasi yang begitu intim dan akrab. Semakin dekat hubungan kita dengan suami,
istri atau anak kita, maka tentunya kita akan semakin peka dan sensitif
terhadap perilaku dari orang yang kita kasihi. Saya beri contoh, kalau istri
saya lagi marah, walaupun dia tidak mengungkapkan kemarahannya dalam bentuk
verbal, dari gejalanya, body language,
sikapnya, raut mukanya, saya pasti tahu ada sesuatu, ada masalah ini. Demikian
juga dengan anak-anak saya, ketika pulang sekolah, perilaku, sikapnya yang berbeda saya pasti tahu ada masalah di sekolah atau
dengan teman.. maka saya akan bertanya mengapa, ada apa?
Demikian
juga dengan hubungan kita dengan Tuhan, semakin dekat hubungan kita dengan
Tuhan, semakin kita mengenal Tuhan, semakin kita memiliki kepekaan terhadap tanda-tanda dan
peringatan dari Tuhan. Namun bangsa Israel yang adalah umat kesayangan Allah
ini tidak memiliki kepekaan terhadap tanda-tanda dan peringatan dari Tuhan...
Dalam, ayat 3-6, menjelaskan kepada kita bahwa ternyata Tuhan
sudah memberikan tanda-tanda dan peringatan-peringatan, sebelum Tuhan menimpahkan
hukuman kepada mereka. Tuhan sudah
memperingatkan mereka akan dosa mereka, namun peringatan dan tanda-tanda dari
Allah diabaikan oleh mereka. (perhatikan pasal 4:6-13, mengenai tanda-tanda
yang diberikan oleh Allah) namun, karena mereka tidak lagi memiliki kepekaan
dan kesensitifan secara rohani, jadi ketika terjadi bencana kelaparan, ketika Tuhan
tidak menurunkan hujan sehingga gagal panen, ada hama dan penyakit dlsb. Mereka
menganggap itu hanyalah peristiwa alam biasa, tidak ada kaitan sama sekali
dengan hubungan mereka dengan Tuhan. Mereka lupa bahwa semua yang ada di dalam
dunia semua ada dalam kontrol Allah, Tuhan yang menciptakan semua alam sekitar
untuk tujuan dan rencana Allah.
Ayat 3, Amos mengatakan
tidak mungkin ada dua orang berjalan bersama-sama, jika mereka belum berjanji.
Hal ini menegaskan kepada kita bahwa segala peristiwa yang terjadi disekitar
mereka bukan satu kebetulan. Secara geografis wilayah Israel, terdiri dari padang gurun, dan populasi penduduk sangat kurang dibandingkan hari ini, dan tentunya komunikasi
terbatas, maka jika ada dua orang bertemu di beberapa titik di padang pasir pada
waktu tertentu, maka kesimpulan logis adalah
telah terjadi pengaturan sebelumnya, karena tidak ada dua orang bisa
bertemu di padang pasir secara kebetulan.
Ayt 4-5 berbicara mengenai singa mengaum.
Biasanya singa akan mengaum jika telah
menangkap mangsanya, kalau ia masih berburu ia tidak akan mengaum. Argumen yang sama berlaku untuk menangkap burung. Tidak
ada burung tertangkap kecuali ada jebakan yang telah diatur untuk menangkapnya. Jika ada
burung yang terjebak dalam jebakan menyiratkan bahwa ada perangkap yang telah ditetapkan untuk tujuan
itu.
Dalam ayat 6 juga hal yang sama, tidak ada sangkakala
ditiup satu kota, jikalau tidak ada peringatan bahaya. Sangkala digunakan untuk
memperingatkan kota dari bahaya. Ketika orang-orang mendengar
terompet atau sangkakala maka mereka bisa yakin bahwa bahaya sudah dekat oleh
sebab itu mereka akan mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi bahaya
tersebut.
Saudara, tanda-tanda dan peringatan akan
hukuman Tuhan akan ditimpahkan kepada bangsa Israel sangat-sangat jelas, namun
mereka begitu terbuai oleh kenyamanan secara jasmani. Mereka terbuai oleh
kekayaan dan kemakmuran, mereka terbuai oleh kenyamanan karena tidak ada
pergolakan politik, dlsb. Oleh sebab itu
tanda-tanda dari Tuhan tidak lagi mereka perhatikan.
Saudara, hal yang paling berbahaya bagi
orang percaya adalah ketika hidupnya nyaman, biasanya ketika hidup kita nyaman,
maka terkadang kita tidak lagi sensitif terhadap hal-hal yang bersifat rohani.
Karena kehidupan ekonomi kita baik, keluarga kita baik, pekerjaan kita
baik dan akhirnya kita merasa bahwa tidak ada masalah kita dengan Tuhan. Tetapi
justeru Firman Tuhan berbicara bagi kita hari, pada saat hidup kita baik,nyaman
maka kita harus lebih sensitif lagi
terhadap tanda-tanda dan suara Tuhan, bukan sebaliknya terbuai oleh kenyamanan
secara jasmani.
Saudara, Tuhan bisa memakai berbagai cara
untuk menegur kita dan membawa kita kembali kepada Dia. Ia bisa memakai
pergumulan hidup kita, ia bisa memakai sakit penyakit, ia bisa memakai masalah
ekonomi, bisa melalui alam sekitar, orang-orang disekeling kita dlsb. Namun
pertanyaan bagi kita, apakah kita
sensitif terhadap tanda-tanda dari Tuhan atau tidak? Kesensitifan rohani akan muncul dengan
sendirinya ketika memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan.
Sdr. Sebagai hamba Tuhan, terkadang saya
begitu sibuk dengan pelayanan, terkadang tidak lagi memiliki waktu bersama
dengan Tuhan, menyebabkan kami tidak memiliki kesensitifan secara rohani. Oleh
sebab itu selasa yang lalu saya mengajak keluarga saya untuk pergi ke tempat
retreat di daerah Tikalong, di sana kami berdoa. Ada beberapa hal yang kami doakan, khusus
mengenai pelayanan kami ke depan. di sana kami berdoa, meminta Tuhan berbicara bagi
kami, kami mau belajar mendengar Tuhan berbicara, agar semua keputusan dan
rencana-rencana ke depan benar-benar dari Tuhan. Satu hal yang saya minta
adalah agar kami diberi kesensitifan secara rohani untuk mengerti tanda-tanda
dari Tuhan. Agar segala keputusan kami, pelayanan kami benar-benar sesuai dengan kehendak Tuhan.
Sdr.Kita juga bersyukur hari ini, kita
beribadah di gereja yang secara fisik begitu baik, kita memiliki jemaat yang
begitu banyak. Namun saya harus katakan ini bukan suatu ukuran bahwa gereja
kita bertumbuh, karena pertumbuhan tidak hanya didasari pada kuantitas
kehadiran, atau bangunan secara fisik. Kita perlu berhati-hati, semakin besar
gereja kita, maka kita harus SEMAKIN sensitif terhadap tanda-tanda dari Tuhan. Agar kita
tidak terbuai oleh sesuatu yang bersifat fisik dan melupakan sesuatu bersifat rohani. Sdr. Sesuatu yang kelihatan
secara fisik tidak boleh menjadi dasar untuk kita mengatakan bahwa gereja itu
bertumbuh dengan sehat. Saudara, hari ini kita melihat ada banyak gedung-gedung
gereja yang megah di Eropa dan Amerika
yang dibangun ratusan atau puluhan tahun yang lalu namun sekarang sudah jadi
museum, sudah jadi mesjid, bioskop, karena tidak ada lagi orang yang beribadah.
Masalahnya karena gereja tidak membangun suatu relasi yang baik dengan Allah
dan tidak sensitif mengenai tanda-tanda dari Tuhan.
Sdr. Hamba Tuhan, majelis menyadari hal
ini, sehingga itu kita melakukan
pemuridan, agar setiap kita bisa bertumbuh secara rohani dan semakin mengenal
Allah. Kita ada persekutuan doa, ini adalah sarana bagi kita untuk bertumbuh
dan untuk meningkatkan kesensitifan rohani. Karena hanya dengan memiliki hubungan
yang baik dengan Tuhan kita akan semakin sensitif dan peka terhadap peringatan
dan tanda dari Tuhan. Mengetahui kehendak dan rencana Tuhan.
Ketiga, Hukuman
kepada bangsa Israel didasari keadilan Allah karena Allah telah memperingai berulang-ulang
mengenai dosa mereka melalui nabi-nabi tetapi mereka tidak mau taat (7-8)
Saudara,
peringatan dari Tuhan untuk membawa bangsa Israel untuk menyadari kesalahan dan dosa mereka, tidak
saja Tuhan sampaikan melalui tanda-tanda, melalui alam atau sejarah. Tetapi
Tuhan juga mengutus para nabi untuk menyatakan bahwa mereka telah jauh dari
Tuhan. Mereka telah melakukan apa yang tidak benar dari Tuhan. Namun mereka
tidak mendengar suara nabi. Mereka tidak menghiraukan apa yang dikatakan para
nabi, bahkan begitu banyak nabi yang akhirnya di bunuh. Mengapa mereka tidak
mendengar para nabi Tuhan berbicara? Karena para nabi yang benar membicarakan kebenaran, dosa, dan
penghukuman Allah. Mereka tidak menyenangi apa yang disampaikan oleh nabi
seperti ini. Mereka lebih senang mendengar nabi palsu yang mengatakan hal-hal
yang enak di dengar, yang berbicara mengenai berkat-berkat, bicara mengenai
kesejahteraan, bicara mengenai kesuksesan hidup.
Hari
ini, bukankah orang lebih senang hamba Tuhan menyampaikan Firman Tuhan, yang
berbicara mengenai berkat dari pada dosa. Di Jawa ada gereja-gereja tertentu
kalau mengundang hamba Tuhan khotbah,
selalu berpesan jangan bicara dosa,
neraka, sampaikan hal-hal baik saja. Karena jemaat disini cepat tersinggung. Waktu
mengundang saya, berkhotbah, di beritahu hal yang sama, “puji Tuhan”, karena
saya sdh diberitahu ada dosa di gereja, maka saya sampaikan dosa. Bagi saya tidak masalah, jikalau saya tidak di undang lagi, yang penting saya
sampaikan kebenaran. Kalau kita sudah tahu dosa, lalu kita membiarkan dosa
tanpa ada tindakan apa-apa, maka kita bersalah. Saya punya prinsip lebih baik
saya tidak disenangi manusia dari pada tidak disenangi oleh Allah.
Sdr.
Nabi yang benar adalah nabi yang menegur dosa, hamba Tuhan yang benar adalah
hamba Tuhan tidak kompromi dengan dosa, walaupun ada resiko yang diambil, tidak
disenangi oleh orang atau mungkin ia harus menerima konsekwensi dari apa yang
disampaikannya. Saya sangat senang
dengan Ahok wakil gubernur Jakarta. Demi mempertahankan kebenaran, dia relah
dibenci orang, bahkan dikatakan ia siap mati untuk kebenaran. Seharusnya hamba
Tuhan juga harus demikian..kalau A Hok jemaat biasa berani mengatakan kebenaran
mengapa kita hamba Tuhan takut menyampaikan kebenaran.
Saudara,
penghukuman Allah kepada bangsa Israel didasarkan kepada keadilan, kasih dan
kebenaran Allah. Tujuan penghukuman adalah supaya mereka berbalik kepada Tuhan,
menyadari kesalahan mereka. Tuhan sudah memakai cara Tuhan untuk menyampaikan
kebenaran bagi mereka. Tuhan sudah berbicara melalui Firman Tuhan kepada mereka
supaya mereka menyadari dosa mereka, namun mereka menutup telinga kepada
kebenaran, Tuhan sudah memberi tanda-tanda dan peringatan namun mereka tidak
memiliki kesensitifan secara rohani untuk melihat tanda-tanda dari Tuhan,
selanjutnya Tuhan mengutus nabi untuk menyatakan kesalahan mereka, namun mereka
tidak mendengar dan taat terhadap apa yang disampaikan oleh para nabi Tuhan,
oleh sebab itu tindakan terakhir Tuhan adalah menghukum mereka, supaya mereka
menyadari kesalahan mereka dan berbalik kepada Tuhan. Itulah keadilan Allah
dalam menghukum bangsa Israel.
Saudara,
Kondisi kita hari ini mungkin tidak jauh lebih baik dari bangsa Israel, apa
yang dialami bangsa Israel mungkin
sedang kita alami hari ini. Hari ini mungkin Tuhan sudah berbicara bagi kita
mengenai kesalahan dan dosa kita, namun kita tidak memiliki kepekaan untuk mendengar
Tuhan berbicara, karena kita begitu terbuai oleh tawaran-tawaran dan kenikmatan
dunia ini, Mungkin hari ini Tuhan sudah memberi tanda-tanda, akan
ketidaksenangan Allah atas dosa yang
kita lakukan, namun kita tidak sensitif terhadap tanda-tanda dari Tuhan.
Mungkin hari ini para hamba Tuhan telah memberitakan tentang kebenaran, tetapi
kita begitu keras hati dan tidak menanggapi akan suara Tuhan. Kalau
hari ini, ada diantara kita hidup seperti demikian, marilah kita datang kepada
Tuhan, meminta Tuhan menolong kita untuk lebih sensitif akan suara Tuhan, lebih
memiliki kepekaan untuk melihat tanda-tanda dari Tuhan, dan mau mendengar dan
taat akan Firman Tuhan. Kiranya Tuhan
menolong kita. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar