YESUS LAHIR UNTUK SAYA DAN KAMU
Matius 25:40 dan 1 Yoh 4:7-12
Saudara, drama singkat
yang dibawakan ibu PW tadi mengambarkan kepada kita tentang ketidakmengertian
dan juga ketidaksiapan orang percaya dalam menyambut kedatangan Yesus dalam
hidupnya. Hari ini ada banyak orang Kristen seperti ibu ini, ia tidak mengerti
bahwa kehadiran Yesus bagi orang percaya tidak lagi dalam bentuk fisik, seperti
yang terjadi 2000 tahun yang lalu. Tetapi Yesus bisa hadir dengan cara yang
berbeda, Yesus bisa datang sebagai seorang yang sakit dan membutuhkan
pertolongan, Yesus datang seperti seorang miskin yang meminta belaskasihan dari
kita, Yesus bisa datang seperti seorang yang membutuhkan uluran tangan kita
yang penuh kasih, Yesus bisa datang seperti seorang yang membutuhkan Injil dari
kita yang haus akan kebenaran, dlsb. Sebagaimana dikatakan oleh Tuhan Yesus
dalam Matius 25:40 “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah
seorang yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”.
Saudara, Thema Natal
tahun ini adalah “Yesus lahir untuk saya dan kamu”. Ketika merenungkan thema ini, terbersit dalam
pikiran saya, mengapa Yesus harus lahir untuk saya dan kamu”. Apa yang menjadi
pendorong Yesus harus lahir untuk kita? Kalau pertanyaan ini ditanyakan kepada saudara?
Apa yang menjadi jawaban saudara? Jawabannya hanyalah satu kata yaitu
Kasih. Allah mengasihi kita, itulah sebabnya Ia datang ke dalam dunia menjadi sama
seperti manusia. Kasih itu yang membuat Allah Bapa merelakan anak-Nya satu-satun-Nya
untuk datang ke dalam dunia, berkorban dan mati di kayu salib.
Ada satu lagu yang saya
sangat senang “ We are the reason” syairnya
seperti ini:
Waktu ku kecil kita
merindukan Natal, hadiah yang indah dan menawan...Namun tak menyadari seorang
bayi t’lah lahir, bawa keselamatan ‘tuk kita...karena kita Dia menderita,
karena kita Dia disalibkan, agar kita yang hilang diselamatkan dari hukuman
kekal...Anugerah yang besar dari Bapa, ia relakan Anak-Nya disiksa dan
disalibkan dibukit kalvari kar’na Kasih.
Mengapa Allah Bapa
memberikan Anak-Nya untuk datang ke dalam dunia, untuk mengalami penderitaan,
penyiksaan dan mati di kayu salib..alasannya adalah karena KASIH. Kita adalah
alasan mengapa Yesus harus mengalami penderitaan sebagai manusia, kita adalah
alasan utama mengapa Yesus harus lahir ke dunia, menderita dan mati di kayu
salib. Kita adalah obyek kasih Allah, oleh karena kasih-Nya kepada kita ia
relah memberikan dirinya, hidupnya bahkan nyawanya.
Saudara, dari kecil
saya sudah diajarkan bahwa Natal adalah berita sukacita? Oleh sebab itu, sejak kecil saya begitu
senang dan begitu menanti-nantikan Natal. Waktu Natal bagi saya adalah waktu
dimana ada banyak kue, ada hadiah Natal,
waktu untuk bersenang-senang. Konsep seperti ini, sadar atau tidak sadar masih
menjadi konsep orang Kristen hari ini. Sukacita Natal tidak dipahami dari sudut
rohani, tetapi lebih bersifat jasmani. Konsep Natal sebagai berita sukacita, adalah
suatu kebenaran. Tetapi apakah sukacita Natal itu identik dengan pesta pora,
identik hura-hura, identik dengan pemborosan saya pikir tidak, karena Natal
pertama dirayakan hanya di kandang binatang.
Saudara, satu contoh
bulan yang lalu, ada satu status
facebook dari teman saya di Manado, statusnya bunyinya “ayo Bapa-bapa
kerja lebih keras, jangan waktu natal kita malu karena tidak ada makanan, kue
dan tidak ada minuman”. Saudara Natal
bagi orang Manado identik dengan pesta
pora, identik dengan kemewahan, identik dengan bersenang-senang. Itu sudah
membudaya, karena dari zaman misionaris Belanda, mengajarkan bahwa Natal adalah
waktu bersukacita dan bersyukur tetapi
itu dilihat dari sukacita yang bersifat jasmani dari pada rohani.
Bersukacita di waktu
Natal adalah tidak salah, karena dari
sisi manusia kelahiran Yesus membawa
kita kepada keselamatan, membawa kita bebas dari kungkungan dosa. Namun sukacita itu harus ditujukan
kepada Allah, dengan menyembah, memuliakan dan mengagungkan Allah yang memberi
kita keselamatan. Sukacita Natal harus dari hati yang bersyukur karena kita
mendapat kelepasan dan kebebasan dari dosa, sama seperti sukacita para gembala,
orang majus, malaikat pada hari kelahiran Yesus.
Saudara, Natal adalah berita sukacita kalau kita melihat
dari sisi manusia, kita yang berdosa, dan diambang kebinasaan karena melalui
kelahiran Yesus maka kita memperoleh keselamatan. Namun pernahkah kita memikirkan apa arti Natal dari
sisi Allah Bapa, dari sisi Yesus Kristus.
Dari sisi Allah Bapa
dan sisi Yesus Kristus, Natal sebenarnya adalah berita dukacita. Mengapa? Karena
Allah Bapa harus memberikan Anaknya satu-satunya untuk datang ke dalam dunia, Ia harus
melepaskan anak-Nya satu-satunya yang tahu bahwa nantinya anaknya akan menderita,
ditolak oleh manusia yang dikasihinya dan digantung dan mati di kayu salib. Dari sisi Yesus Kristus, Ia adalah Tuhan harus datang ke dalam dunia,
mengosongkan diri menjadi hamba sama seperti manusia, dan lebih dari pada itu ia harus mengalami
penderitaan yang seharusnya ditanggung oleh manusia. Puncak dari penderitaan
Yesus adalah mati di atas kayu salib demi dosa manusia.
Hari ini saya mengajak
kita memikirkan kelahiran Yesus dari sisi Allah Bapa? Saya mengajak kita
berimajinasi sejenak. Seandainya Allah Bapa adalah kita manusia. Apakah kita
relah untuk memberikan anak kita untuk menderita? Apakah kita relah membiarkan
anak kita untuk di siksa, di hina bahkan di bunuh. Kalau Allah Bapa seperti
kita manusia , saya yakin kita tidak akan membiarkan anak kita mengalami semua
ini.
Selanjutnya, kalau dilihat dari sisi Yesus Kristus, kalau Yesus adalah kita, sebagai anak, apakah
Yesus mau menjadi manusia? apakah dia
mau menderita, apakah Dia mau dihukum mati di kayu salib Tentunya tidak... Bahkan
sebelum ia di salib Ia berdoa, “ya Bapa kalau boleh lalukan cawan ini” Lalukan
penderitaan ini. Tetapi Yesus tidak ada pilihan lain, Ia taat kepada Allah
Bapa, Ia harus meminum cawan itu. Walaupun
cawan itu pahit. Bahkan sebelum menghembuskan nafas terakhir, Yesus berkata
“sudah selesai”..tetelestai..artinya ia telah menyelesaikan tugas-Nya di dunia
ini.
Saudara, Natal ada
berita dukacita, dari sisi Yesus Kristus, karena Natal adalah persiapan Yesus
untuk menuju salib. Kelahiran Yesus tidak memiliki arti apa-apa jikalau Yesus
tidak mati di kayu salib. Pertanyaannya, Mengapa semua ini harus dialami oleh
Yesus? Mengapa Yesus harus lahir ke dalam dunia dan menderita? jawabannya “ We are the reason” , karena ia mengasihi kita, karena kita adalah
objek kasih Allah.
Pertanyaannya, Seberapa
berharganya kita dihadapan Allah, sehingga Allah harus meninggalkan surga dan
datang ke dalam dunia? Pemazmur dalam Mzr 8:5
mengatakan “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak
manusia, sehingga Engkau mengindahkannya” .
Pada saat Natal ini,
cobalah saudara bertanya kepada diri saudara, seperti pemazmur, “Siapakah saya sehingga Tuhan harus datang ke
dalam dunia, siapakah saya sehingga Tuhan harus lahir dan mati bagi saya?”
Saudara, Ibu Rahmiati
dosen SAAT sering mengatakan
demikian, sebagai manusia kita harus kenal
Tuhan, kenal diri dan tahu diri. Orang
yang kenal Tuhan, maka ia akan mengenal dirinya sendiri dan menjadi orang yang
tahu diri dihadapan Tuhan. Kalau Allah
Bapa sudah memberikan Anaknya bagi kita, Kalau Yesus harus datang ke dalam
dunia dan mati bagi kita, maka kita harus menjadi orang yang tahu diri di hadapan Allah. Seperti
pemazmur katakan “Siapakah kita sehingga Tuhan harus mengingatku”
Kita bukan apa-apa dihadapan Tuhan, kita tidak lebih dari orang berdosa tetapi
Tuhan mengasihi kita.
Saudara, hari ini Tuhan
mengingatkan kita, siapakah kita dihadapan Tuhan, kita adalah orang-orang yang
tidak layak dihadapan Tuhan, namun Tuhan mengasihi kita. Di dalam kasihnya
Tuhan mengharapkan untuk kita meneladani kasihnya. Kita membagikan kasih
Kristus bagi sesama.
1 Yohanes 1:11 “
Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka
haruslah kita saling mengasihi”, orang mampu mengasihi Tuhan dan mengasihi
sesama inilah yang disebut dengan orang yang tahu diri. Karena
ia sudah mengenal dan mengalami kasih
Allah, maka dia tahu siapa dirinya dihadapan Tuhan? Dia tahu bahwa dia tidak layak di kasihi
Tuhan, tetapi Tuhan mengasihinya. Seharusnya ia membagikan kasih Kristus kepada
sesama.
Bukti bahwa kita
mengenal Tuhan adalah kita mampu menerapkan kasih kita kepada sesama. Firman
Tuhan mengatakan setiap orang yang mengasihi, mengenal Allah dan lahir dari Allah. Kita telah
mengalami, merasakan dan menikmati betapa besar kasih Allah kepada kita.
Saya yakin
kita sudah mengerti betapa Allah
mengasihi kita secara sempurna dan tak bersyarat. Kita tahu bahwa kita adalah
orang berdosa dan tidak layak dihadapan Tuhan, namun dosa dan ketidaklayakan
kita tidak membuat Allah berhenti untuk
mengasihi kita. Oleh sebab itu tidak cukup kita hanya berbicara
tentang kasih, membaca tentang kasih, atau membahas kasih. Tetapi kita harus melakukan kasih itu.
Saudara, hari minggu
tgl 24 November yang lalu, sebagaimana di beritakan Deseret news tgl 29
November , ada seorang uskup gereja
Yesus Kristus, Salt Lake City,ia mau berkhotbah tentang kasih, sebelum ia ke gereja, ia meminta seorang make up profesional untuk mengubah
penampilannya, ia berpenampilan seperti seorang gelandangan yang miskin
sehingga tidak satupun jemaatnya atau keluarganya mengenal dia. Setelah ia di
make up seperti seorang gelandangan, ia masuk ke gereja. Dia berfikir jemaatnya
akan merespon dirinya dengan baik dan penuh kasih, namun betapa terkejutnya ia, karena setidaknya ada
5 orang yang mengusir dia dari gereja, ada beberapa orang memberikan uang, dan
sebagian besar acuh tak acuh kepadanya. Namun setelah ia membuka wignya, jemaat
terkaget-kaget, dan tentunya ada yang tersipu-sipu malu.
Saudara, membaca
artikel ini, saya langsung berefleksi? Kalau ada orang gelandangan, pakaian
compang camping, kurapan, bau, datang di gereja kita, kira-kira bagaimana sikap
kita kepada orang ini?
Bukti kita mengenal
Allah kita, bukti kita mengasihi Allah, bukti bahwa Kristus tinggal di dalam
diri kita, bukti kita memiliki kedewasaan iman, bukti kita telah dijamah oleh Yesus adalah
ketika kita hidup dalam kasih.
Oleh sebab itu di momen
Natal tahun ini, saya mengajak kita kembali mengingat akan kasih Tuhan yang
tidak bersyarat bagi kita, untuk kita
dapat membagikan kasih bagi sesama. Apa yang dapat kita lakukan:
1.
Marilah kita membagikan kasih kepada
orang terdekat kita.
Saudara, C.S Lewis
mengatakan, orang yang kita kasihi sebenarnya adalah orang yang kurang mendapat kasih dari kita.
Ini ada kebenarannya, kalau kita perhatikan bahwa hari ini, ada banyak
keluarga-keluarga yang awalnya dibangun atas dasar cinta kasih, tetapi seiring
berjalannya waktu, maka suami, istri, juga anak tidak mendapat kasih sayang dari
orang yang seharusnya mengasihinya. Ada
banyak keluarga-keluarga yang retak oleh karena tidak ada kasih di dalam
keluarga. Karena kita begitu sibuk
dengan karir kita, pekerjaan kita, juga mengejar segala ambisi-ambis kita, kita
melupakan orang-orang yang kita kasihi. Hari ini ada banyak kepala-kepala
keluarga yang tidak menjalankan fungsinya sebagai kepala keluarga dan imam
dalam keluarga. Ada banyak keluarga yang hidup dalam ketidakdamaian. Anak-anak
mengemis kasih dari orang tuanya, tidak mendapatkan kasih itu, istri meminta
perhatian dan kasih dari suami tetapi tidak mendapat, karena kesibukan suami di
luar.
Sdr. Minggu yang lalu,
Nelson Mandela meninggal, saya sedikit membaca sejarah hidupnya, yang menarik
bagi saya adalah kisah kehidupan keluarganya. Nelson Mandela sukses dalam karir
politiknya, seluruh dunia mengenal dan
menghormatinya. Pada tgl 13 april 1992, ia mengumumkan perceraian dengan
istrinya. Kenapa ia bercerai? Ia bercerai bukan karena ia tidak cinta kepada
istri dan keluarganya. Bukan karena ada wanita lain, tetapi ia merasa bersalah,
atas penderitaan yang dialami oleh istri dan anak-anaknya, ia merasa tidak
dapat secara penuh untuk mengasihi keluarganya, karena ia sibuk dengan perjuangannya
untuk kebebasan masyarakat kulit hitam, sampai ia ditangkap, dipenjara dan
diisolasi. Istrinya yang bernama Winnie merasa bahwa ia selalu menjadi no 2,
yang menjadi no 1 adalah kasih Mandela kepada Kongres Nasional Afrika dan
perjuangan pembebasan rakyat Afrika. Bahkan anaknya berkata kepadanya setelah
Nelson Mandela keluar dari penjara “kami pikir kami memiliki ayah yang satu hari akan kembali. Tetapi kami kecewa,
karena ayah kami kembali dan kembali meninggalkan kami sendiri, karena ia
menjadi Bapa bangsa”.
Saudara, di momen Natal
ini, marilah membagikan kasih itu, kasih Kristus itu, mulai dari keluarga kita.
Mungkin selama ini, kita begitu sibuk dengan karir, ambisi-ambisi kita,
pekerjaan kita, mengejar suatu yang kita cita-citakan, sehingga kita melupakan
keluarga kita, orang yang kita kasihi. Gunakan waktu Natal untuk waktu bersama
keluarga, untuk menikmati kasih dan kemurahan Tuhan. Marilah kita menghadirkan
damai Natal dalam keluarga kita. Menghadirkan Kristus di tengah keluarga kita.
Mengundang Dia untuk menjamah keluarga kita agar ada kasih Kristus di tengah
keluarga kita.
2.
Di Momen Natal ini marilah kita membagikan
percikan kasih Tuhan bagi sesama kita.
Natal adalah waktu dimana kita berbagi
kasih dengan orang-orang disekitar kita. Saudara ada seorang bernama Martin Adveich, ia adalah
seorang tukang sepatu yang sempat kecewa dengan Tuhan karena istrinya dan
anaknya meninggal. Pada waktu menjelang
Natal ia bermimpi, bahwa Tuhan akan datang ke rumahnya, pada hari Natal, ia
menunggu Tuhan Yesus datang ke rumahnya. Pada hari Natal ia duduk di depan rumahnnya sambil bekerja. Setiap waktu ia
menatap ke jalan untuk melihat apakah Tuhan akan datang. Suatu saat ketika ia
menatap ke jalan ia melihat seorang miskin, pakaian compang camping, dan ia
tahu itu adalah stevanich, lalu ia mengajak stevanich ke rumahnya dan ia
memberikan teh hangat, karena stevanich sudah begitu kedinginan. Setelah
stevanic ini pergi, ia melihat ke jalan tetapi
tidak ada tanda-tanda Tuhan mau datang. Martin menunggu lagi. Berbagai
orang lewat lalu lalang. Tuhan belum juga muncul. Sampai dilihatnya seorang
wanita miskin dengan bayinya. Wanita ini hanya berpakaian musim panas, wanita
ini tidak punya uang untuk menebus syal nya yang digadaikan. Martin bangkit dan
memanggil wanita itu untuk masuk kerumahnya. Martin menyambut wanita dan
bayinya ini. Memasak bubur untuk bayi itu dari persediaannya yang tipis dan
memberikan uang kepada wanita itu supaya ia bisa menebus syal yang dia gadaikan
untuk memberi makan bayinya. Ia juga memberikan satu-satunya mantel cadangannya
yang juga sudah tua dan benangnya yang sudah menipis. Wanita miskin tersebut
mengambil pemberian Martin dengan air mata yang berlinang.
Martin, duduk lagi. Hari mulai sore. Dia makan sisa
makanan yang masih tersedia dan bekerja lagi. Tapi dia tetap berkali-kali
memandang ke jalan. Menunggu dan menunggu datangnya Tuhan, tetapi Tuhan tidak
datang..Namun Tidak lama seorang wanita tua penjual apel lewat.
Punggungnya menggendong kayu bakar, dan tangannya menjinjing keranjang dagangan
yang hanya berisi beberapa butir apel. Kayu bakarnya sangat berat sehingga ia
berhenti, membetulkan gendongannya. Ia meletakkan keranjangnya di tanah. Tiba-tiba
seorang anak laki-laki kecil lari dan mengambil beberapa apel. Tapi nenek ini
dengan cekatan menarik baju anak itu. Nenek itu menarik rambut anak kecil itu
dan berteriak akan membawa dia ke kantor polisi. Martin meminta-minta agar si
nenek tidak membawa anak itu ke polisi. Lalu Martin membayar apel yang diambil anak tersebut dan
ia memberikan sedikit uang utk nenk itu.
Martin menunggu. Hari mulai malam, pikir Martin. Apakah Tuhan masih akan datang?
Setelah itu ia tidur, dan bermimpi, ia mendengar suara, stevanich si miskin,
ibu yg menggadaikan salnya, dan juga ibu penjual apel. Memanggil-manggil
dirinya..Martin-Apa masih ingat kami? Melihat itu ia teringat ayat Firman Tuhan, "Sebab pada waktu Aku lapar, kamu memberi Aku makan, dan pada waktu Aku haus,
kamu memberi Aku minum. Aku seorang
asing, kamu menerima Aku di rumahmu. Aku tidak berpakaian, kamu memberikan Aku pakaian. Aku sakit, kalian
merawat Aku. Aku dipenjarakan, kalian menolong Aku."
Saudara, Natal adalah
waktu untuk kita berbagi kasih dengan sesama, Yesus tidak datang lagi dalam
wujud seperti bayi di Betlehem, tetapi Yesus datang dalam wujud yang berbeda, seperti orang miskin, sakit,
seperti orang yang membutuhkan pertolongan dan kasih dari kita.
Biarlah di momen Natal
ini, kita dapat membagikan kasih bagi orang-orang disekitar kita, karena Yesus
lahir bukan saja kepada kita kepada semua orang.
3.
Marilah kita memberitakan kasih Kristus
kepada orang disekitar kita.
Saudara,
dalam satu buku, Hemingway, menceritakan
bahwa di Spanyol ada seorang Bapa bertengkar dengan anaknya, anaknya lari
ke Madrid dan ia memutuskan untuk berdamai
dengan putranya. Dengan penuh rasa sesal, sang ayah memasang iklan di surat
kabar El
Liberal, “Paco temui papa di Hotel Montana hari Selasa tengah hari.
Semua sudah dimaafkan. Papa.” Untuk kita ketahui, Paco adalah nama yang sangat
umum di Spanyol. Mungkin serupa dengan nama “” di Indonesia. Nah, ketika sang
ayah yang sangat merindukan putranya itu datang ke halaman hotel Selasa siang
yang dinanti-nanti itu, ia tidak pernah menduga apa yang akan ditemuinya….
sekitar delapan ratus pemuda bernama Paco menunggu ayah mereka. 800 Paco juga
ternyata juga sangat membutuhkan pengampunan ayah mereka.
Bayangkan bagaimana masing-masing Paco
itu ketika membuka surat kabar dan
membaca kalimat itu, “Paco… semua sudah dimaafkan. Papa.” Betapa hati mereka
terguncang dipenuhi dengan pengharapan yang besar bahwa iklan itu benar
ditujukan bagi mereka. Betapa mereka mengharapkan bahwa papa merekalah yang
menulis iklan itu. Betapa hati mereka merindukan pengampunan, penerimaan
kembali. Bayangkan pula betapa kagetnya masing-masing Paco ini menemukan 800
Paco lain yang menanti di tempat yang sama siang itu. Betapa mata mereka terus
mencari berkeliling mencari ayah yang mereka rindukan. Dan betapa sakitnya
mengetahui bahwa hanya satu Paco yang beroleh anugerah itu, sementara—katakan
saja—799 Paco lain harus pulang dengan kekecewaan yang mendalam dan terus
mengharapkan pengampunan.
Hari ini, ada banyak orang-orang yang
seperti 799 orang yang bernama Paco, yang membutuhkan dan mengharapkan pengampunan
dari Allah Bapa di surga, membutuhkan pengampunan dari Tuhan, atas segala dosa
dan kesalahan mereka. Ada banyak orang , membutuhkan kasih karunia Tuhan,
tetapi tidak orang yang membagikan berita bahagia ini, bahwa Yesus lahir untuk
saya dan untuk mereka.
Banyak orang percaya hanya mengatakan
bahwa Yesus lahir untuk saya dan tidak untuk orang lain, tidak untuk kamu. Saya
tidak tahu mungkin ada diantara kita seperti demikian, yang mengatakan Yesus
lahir untuk saya dan bukan untukmu. Melalui momen Natal malam ini, marilah kita
memiliki pemahaman bahwa Yesus lahir bukan hanya untuk saya tetapi untuk kamu
dan semua orang. Dengan demikian kita dapat membagikan kasih Kristus bagi orang
lain.
Sdr. Karena kita sudah mengalami kasih
Tuhan, bukti kita mengasihi Tuhan maka hendaklah kita membagikan kasih Tuhan
itu kepada orang terdekat kita, kepada sesama dan semua orang. Kiranya Tuhan
memberkati kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar