Kamis, 27 November 2014

Yesus Lahir Untuk Saya Dan Kamu

YESUS LAHIR UNTUK SAYA DAN KAMU
Matius 25:40 dan 1 Yoh 4:7-12
Saudara, drama singkat yang dibawakan ibu PW tadi mengambarkan kepada kita tentang ketidakmengertian dan juga ketidaksiapan orang percaya dalam menyambut kedatangan Yesus dalam hidupnya. Hari ini ada banyak orang Kristen seperti ibu ini, ia tidak mengerti bahwa kehadiran Yesus bagi orang percaya tidak lagi dalam bentuk fisik, seperti yang terjadi 2000 tahun yang lalu. Tetapi Yesus bisa hadir dengan cara yang berbeda, Yesus bisa datang sebagai seorang yang sakit dan membutuhkan pertolongan, Yesus datang seperti seorang miskin yang meminta belaskasihan dari kita, Yesus bisa datang seperti seorang yang membutuhkan uluran tangan kita yang penuh kasih, Yesus bisa datang seperti seorang yang membutuhkan Injil dari kita yang haus akan kebenaran, dlsb. Sebagaimana dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 25:40 “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”.
Saudara, Thema Natal tahun ini adalah “Yesus lahir untuk saya dan kamu”.  Ketika merenungkan thema ini, terbersit dalam pikiran saya, mengapa  Yesus harus  lahir untuk saya dan kamu”. Apa yang menjadi pendorong   Yesus harus lahir untuk  kita?  Kalau pertanyaan ini ditanyakan kepada saudara? Apa yang menjadi jawaban saudara? Jawabannya hanyalah satu kata yaitu Kasih.  Allah mengasihi kita,  itulah  sebabnya Ia datang ke dalam dunia menjadi sama seperti manusia. Kasih itu yang membuat Allah Bapa merelakan anak-Nya satu-satun-Nya untuk datang ke dalam dunia, berkorban dan mati di kayu salib. 
Ada satu lagu yang saya  sangat senang “ We are the reason” syairnya seperti ini:
Waktu ku kecil kita merindukan Natal, hadiah yang indah dan menawan...Namun tak menyadari seorang bayi t’lah lahir, bawa keselamatan ‘tuk kita...karena kita Dia menderita, karena kita Dia disalibkan, agar kita yang hilang diselamatkan dari hukuman kekal...Anugerah yang besar dari Bapa, ia relakan Anak-Nya disiksa dan disalibkan dibukit kalvari kar’na Kasih.
Mengapa Allah Bapa memberikan Anak-Nya untuk datang ke dalam dunia, untuk mengalami penderitaan, penyiksaan dan mati di kayu salib..alasannya adalah karena KASIH. Kita adalah alasan mengapa Yesus harus mengalami penderitaan sebagai manusia, kita adalah alasan utama mengapa Yesus harus lahir ke dunia, menderita dan mati di kayu salib. Kita adalah obyek kasih Allah, oleh karena kasih-Nya kepada kita ia relah memberikan dirinya, hidupnya bahkan nyawanya.
Saudara, dari kecil saya sudah diajarkan bahwa Natal adalah berita sukacita?  Oleh sebab itu, sejak kecil saya begitu senang dan begitu menanti-nantikan Natal. Waktu Natal bagi saya adalah waktu dimana ada  banyak kue, ada hadiah Natal, waktu untuk bersenang-senang. Konsep seperti ini, sadar atau tidak sadar masih menjadi konsep orang Kristen hari ini. Sukacita Natal tidak dipahami dari sudut rohani, tetapi lebih bersifat jasmani.  Konsep Natal sebagai berita sukacita, adalah suatu kebenaran. Tetapi apakah sukacita Natal itu identik dengan pesta pora, identik hura-hura, identik dengan pemborosan saya pikir tidak, karena Natal pertama dirayakan hanya di kandang binatang. 
Saudara, satu contoh bulan yang lalu, ada satu status  facebook dari teman saya di Manado, statusnya bunyinya “ayo Bapa-bapa kerja lebih keras, jangan waktu natal kita malu karena tidak ada makanan, kue dan tidak ada minuman”.  Saudara Natal bagi orang Manado identik  dengan pesta pora, identik dengan kemewahan, identik dengan bersenang-senang. Itu sudah membudaya, karena dari zaman misionaris Belanda, mengajarkan bahwa Natal adalah waktu bersukacita dan bersyukur tetapi  itu dilihat dari sukacita yang bersifat jasmani dari pada rohani.
Bersukacita di waktu Natal adalah  tidak salah, karena dari sisi  manusia kelahiran Yesus membawa kita kepada keselamatan, membawa kita bebas dari kungkungan  dosa. Namun sukacita itu harus ditujukan kepada Allah, dengan menyembah, memuliakan dan mengagungkan Allah yang memberi kita keselamatan. Sukacita Natal harus dari hati yang bersyukur karena kita mendapat kelepasan dan kebebasan dari dosa, sama seperti sukacita para gembala, orang majus, malaikat pada hari kelahiran Yesus.
Saudara,  Natal adalah berita sukacita kalau kita melihat dari sisi manusia, kita yang berdosa, dan diambang kebinasaan karena melalui kelahiran Yesus maka kita memperoleh keselamatan. Namun  pernahkah kita memikirkan apa arti Natal dari sisi Allah Bapa, dari sisi Yesus Kristus.
Dari sisi Allah Bapa dan sisi Yesus Kristus, Natal sebenarnya adalah berita dukacita. Mengapa? Karena Allah Bapa harus memberikan Anaknya satu-satunya  untuk datang ke dalam dunia, Ia harus melepaskan anak-Nya satu-satunya yang tahu bahwa nantinya anaknya akan menderita, ditolak oleh manusia yang dikasihinya dan  digantung dan mati  di kayu salib.  Dari sisi Yesus Kristus, Ia  adalah Tuhan harus datang ke dalam dunia, mengosongkan diri menjadi hamba sama seperti  manusia,  dan lebih dari pada itu ia harus mengalami penderitaan yang seharusnya ditanggung oleh manusia. Puncak dari penderitaan Yesus adalah mati di atas kayu salib demi dosa manusia.
Hari ini saya mengajak kita memikirkan kelahiran Yesus dari sisi Allah Bapa? Saya mengajak kita berimajinasi sejenak. Seandainya Allah Bapa adalah kita manusia. Apakah kita relah untuk memberikan anak kita untuk menderita? Apakah kita relah membiarkan anak kita untuk di siksa, di hina bahkan di bunuh. Kalau Allah Bapa seperti kita manusia , saya yakin kita tidak akan membiarkan anak kita mengalami semua ini.
Selanjutnya,  kalau dilihat dari sisi Yesus Kristus,  kalau Yesus adalah kita, sebagai anak, apakah Yesus mau menjadi  manusia? apakah dia mau menderita, apakah Dia mau dihukum mati di kayu salib Tentunya tidak... Bahkan sebelum ia di salib Ia berdoa, “ya Bapa kalau boleh lalukan cawan ini” Lalukan penderitaan ini. Tetapi Yesus tidak ada pilihan lain, Ia taat kepada Allah Bapa,  Ia harus meminum cawan itu. Walaupun cawan itu pahit. Bahkan sebelum menghembuskan nafas terakhir, Yesus berkata “sudah selesai”..tetelestai..artinya ia telah menyelesaikan tugas-Nya di dunia ini.
Saudara, Natal ada berita dukacita, dari sisi Yesus Kristus, karena Natal adalah persiapan Yesus untuk menuju salib. Kelahiran Yesus tidak memiliki arti apa-apa jikalau Yesus tidak mati di kayu salib. Pertanyaannya, Mengapa semua ini harus dialami oleh Yesus? Mengapa Yesus harus lahir ke dalam dunia dan menderita?  jawabannya  “ We are the reason” ,  karena ia mengasihi kita, karena kita adalah objek kasih Allah.  
Pertanyaannya, Seberapa berharganya kita dihadapan Allah, sehingga Allah harus meninggalkan surga dan datang ke dalam dunia? Pemazmur dalam Mzr 8:5  mengatakan “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya” .
Pada saat Natal ini, cobalah saudara bertanya kepada diri saudara,  seperti pemazmur,  “Siapakah saya sehingga Tuhan harus datang ke dalam dunia, siapakah saya sehingga Tuhan harus lahir dan mati bagi saya?”
Saudara, Ibu Rahmiati dosen SAAT  sering mengatakan demikian,  sebagai manusia kita harus kenal Tuhan, kenal diri dan  tahu diri. Orang yang kenal Tuhan, maka ia akan mengenal dirinya sendiri dan menjadi orang yang tahu diri dihadapan Tuhan.  Kalau Allah Bapa sudah memberikan Anaknya bagi kita, Kalau Yesus harus datang ke dalam dunia dan mati bagi kita, maka kita harus menjadi  orang yang tahu diri di hadapan Allah.   Seperti pemazmur katakan “Siapakah kita sehingga Tuhan harus  mengingatku”  Kita bukan apa-apa dihadapan Tuhan, kita tidak lebih dari orang berdosa tetapi Tuhan mengasihi kita.
Saudara, hari ini Tuhan mengingatkan kita, siapakah kita dihadapan Tuhan, kita adalah orang-orang yang tidak layak dihadapan Tuhan, namun Tuhan mengasihi kita. Di dalam kasihnya Tuhan mengharapkan untuk kita meneladani kasihnya. Kita membagikan kasih Kristus bagi sesama.
1 Yohanes 1:11 “ Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita saling mengasihi”, orang mampu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama  inilah  yang disebut dengan orang yang tahu diri. Karena ia sudah mengenal dan mengalami  kasih Allah, maka dia tahu siapa dirinya dihadapan Tuhan?  Dia tahu bahwa dia tidak layak di kasihi Tuhan, tetapi Tuhan mengasihinya. Seharusnya ia membagikan kasih Kristus kepada sesama.
Bukti bahwa kita mengenal Tuhan adalah kita mampu menerapkan kasih kita kepada sesama. Firman Tuhan mengatakan setiap orang yang mengasihi, mengenal Allah dan  lahir dari Allah.  Kita telah  mengalami, merasakan dan menikmati betapa besar kasih Allah kepada kita. Saya yakin kita sudah mengerti  betapa Allah mengasihi kita secara sempurna dan tak bersyarat. Kita tahu bahwa kita adalah orang berdosa dan tidak layak dihadapan Tuhan, namun dosa dan ketidaklayakan kita  tidak membuat Allah berhenti untuk mengasihi kita.  Oleh sebab itu tidak cukup kita hanya berbicara tentang kasih, membaca tentang kasih, atau membahas kasih.  Tetapi kita harus melakukan kasih itu.
Saudara, hari minggu tgl 24 November yang lalu, sebagaimana di beritakan Deseret news tgl 29 November , ada   seorang uskup gereja Yesus Kristus, Salt Lake City,ia mau berkhotbah tentang kasih, sebelum ia  ke gereja, ia meminta seorang make up profesional untuk mengubah penampilannya, ia berpenampilan seperti seorang gelandangan yang miskin sehingga tidak satupun jemaatnya atau keluarganya mengenal dia. Setelah ia di make up seperti seorang gelandangan, ia masuk ke gereja. Dia berfikir jemaatnya akan merespon dirinya dengan baik dan penuh kasih, namun  betapa terkejutnya ia, karena setidaknya ada 5 orang yang mengusir dia dari gereja, ada beberapa orang memberikan uang, dan sebagian besar acuh tak acuh kepadanya. Namun setelah ia membuka wignya, jemaat terkaget-kaget, dan tentunya  ada yang  tersipu-sipu malu.
Saudara, membaca artikel ini, saya langsung berefleksi? Kalau ada orang gelandangan, pakaian compang camping, kurapan, bau, datang di gereja kita, kira-kira bagaimana sikap kita kepada orang ini?
Bukti kita mengenal Allah kita, bukti kita mengasihi Allah, bukti bahwa Kristus tinggal di dalam diri kita, bukti kita memiliki kedewasaan iman,  bukti kita telah dijamah oleh Yesus adalah ketika kita hidup dalam kasih.
Oleh sebab itu di momen Natal tahun ini, saya mengajak kita kembali mengingat akan kasih Tuhan yang tidak bersyarat bagi kita, untuk  kita dapat membagikan kasih bagi sesama. Apa yang dapat kita lakukan:
1.      Marilah kita membagikan kasih kepada orang terdekat kita.
Saudara, C.S Lewis mengatakan, orang yang kita kasihi sebenarnya adalah  orang yang kurang mendapat kasih dari kita. Ini ada kebenarannya, kalau kita perhatikan bahwa hari ini, ada banyak keluarga-keluarga yang awalnya dibangun atas dasar cinta kasih, tetapi seiring berjalannya waktu, maka suami, istri, juga anak tidak mendapat kasih sayang dari orang yang seharusnya  mengasihinya. Ada banyak keluarga-keluarga yang retak oleh karena tidak ada kasih di dalam keluarga.  Karena kita begitu sibuk dengan karir kita, pekerjaan kita, juga mengejar segala ambisi-ambis kita, kita melupakan orang-orang yang kita kasihi. Hari ini ada banyak kepala-kepala keluarga yang tidak menjalankan fungsinya sebagai kepala keluarga dan imam dalam keluarga. Ada banyak keluarga yang hidup dalam ketidakdamaian. Anak-anak mengemis kasih dari orang tuanya, tidak mendapatkan kasih itu, istri meminta perhatian dan kasih dari suami tetapi tidak mendapat, karena kesibukan suami di luar.
Sdr. Minggu yang lalu, Nelson Mandela meninggal, saya sedikit membaca sejarah hidupnya, yang menarik bagi saya adalah kisah kehidupan keluarganya. Nelson Mandela sukses dalam karir politiknya, seluruh dunia mengenal dan  menghormatinya. Pada tgl 13 april 1992, ia mengumumkan perceraian dengan istrinya. Kenapa ia bercerai? Ia bercerai bukan karena ia tidak cinta kepada istri dan keluarganya. Bukan karena ada wanita lain, tetapi ia merasa bersalah, atas penderitaan yang dialami oleh istri dan anak-anaknya, ia merasa tidak dapat secara penuh untuk mengasihi keluarganya, karena ia sibuk dengan perjuangannya untuk kebebasan masyarakat kulit hitam, sampai ia ditangkap, dipenjara dan diisolasi. Istrinya yang bernama Winnie merasa bahwa ia selalu menjadi no 2, yang menjadi no 1 adalah kasih Mandela kepada Kongres Nasional Afrika dan perjuangan pembebasan rakyat Afrika. Bahkan anaknya berkata kepadanya setelah Nelson Mandela keluar dari penjara “kami pikir kami memiliki ayah  yang satu hari akan kembali. Tetapi kami kecewa, karena ayah kami kembali dan kembali meninggalkan kami sendiri, karena ia menjadi Bapa bangsa”.
Saudara, di momen Natal ini, marilah membagikan kasih itu, kasih Kristus itu, mulai dari keluarga kita. Mungkin selama ini, kita begitu sibuk dengan karir, ambisi-ambisi kita, pekerjaan kita, mengejar suatu yang kita cita-citakan, sehingga kita melupakan keluarga kita, orang yang kita kasihi. Gunakan waktu Natal untuk waktu bersama keluarga, untuk menikmati kasih dan kemurahan Tuhan. Marilah kita menghadirkan damai Natal dalam keluarga kita. Menghadirkan Kristus di tengah keluarga kita. Mengundang Dia untuk menjamah keluarga kita agar ada kasih Kristus di tengah keluarga kita.
2.      Di Momen Natal ini marilah kita membagikan percikan kasih Tuhan bagi  sesama kita.
Natal adalah waktu dimana kita berbagi kasih dengan orang-orang disekitar kita. Saudara ada seorang bernama Martin Adveich, ia adalah seorang tukang sepatu yang sempat kecewa dengan Tuhan karena istrinya dan anaknya meninggal.  Pada waktu menjelang Natal ia bermimpi, bahwa Tuhan akan datang ke rumahnya, pada hari Natal, ia menunggu Tuhan Yesus datang ke rumahnya. Pada hari Natal ia duduk di depan  rumahnnya sambil bekerja. Setiap waktu ia menatap ke jalan untuk melihat apakah Tuhan akan datang. Suatu saat ketika ia menatap ke jalan ia melihat seorang miskin, pakaian compang camping, dan ia tahu itu adalah stevanich, lalu ia mengajak stevanich ke rumahnya dan ia memberikan teh hangat, karena stevanich sudah begitu kedinginan. Setelah stevanic ini pergi, ia melihat ke jalan tetapi  tidak ada tanda-tanda Tuhan mau datang. Martin menunggu lagi. Berbagai orang lewat lalu lalang. Tuhan belum juga muncul. Sampai dilihatnya seorang wanita miskin dengan bayinya. Wanita ini hanya berpakaian musim panas, wanita ini tidak punya uang untuk menebus syal nya yang digadaikan. Martin bangkit dan memanggil wanita itu untuk masuk kerumahnya. Martin menyambut wanita dan bayinya ini. Memasak bubur untuk bayi itu dari persediaannya yang tipis dan memberikan uang kepada wanita itu supaya ia bisa menebus syal yang dia gadaikan untuk memberi makan bayinya. Ia juga memberikan satu-satunya mantel cadangannya yang juga sudah tua dan benangnya yang sudah menipis. Wanita miskin tersebut mengambil pemberian Martin dengan air mata yang berlinang.
Martin, duduk lagi. Hari mulai sore. Dia makan sisa makanan yang masih tersedia dan bekerja lagi. Tapi dia tetap berkali-kali memandang ke jalan. Menunggu dan menunggu datangnya Tuhan, tetapi Tuhan tidak datang..Namun Tidak lama seorang wanita tua penjual apel lewat. Punggungnya menggendong kayu bakar, dan tangannya menjinjing keranjang dagangan yang hanya berisi beberapa butir apel. Kayu bakarnya sangat berat sehingga ia berhenti, membetulkan gendongannya. Ia meletakkan keranjangnya di tanah. Tiba-tiba seorang anak laki-laki kecil lari dan mengambil beberapa apel. Tapi nenek ini dengan cekatan menarik baju anak itu. Nenek itu menarik rambut anak kecil itu dan berteriak akan membawa dia ke kantor polisi. Martin meminta-minta agar si nenek tidak membawa anak itu ke polisi. Lalu Martin  membayar apel yang diambil anak tersebut dan ia memberikan sedikit uang utk nenk itu.
Martin menunggu. Hari mulai malam,  pikir Martin. Apakah Tuhan masih akan datang? Setelah itu ia tidur, dan bermimpi, ia mendengar suara, stevanich si miskin, ibu yg menggadaikan salnya, dan juga ibu penjual apel. Memanggil-manggil dirinya..Martin-Apa masih ingat kami?  Melihat itu ia teringat ayat Firman Tuhan,  "Sebab pada waktu Aku lapar, kamu  memberi Aku makan, dan pada waktu Aku haus, kamu  memberi Aku minum. Aku seorang asing, kamu menerima Aku di rumahmu. Aku tidak berpakaian, kamu  memberikan Aku pakaian. Aku sakit, kalian merawat Aku. Aku dipenjarakan, kalian menolong Aku."
Saudara, Natal adalah waktu untuk kita berbagi kasih dengan sesama, Yesus tidak datang lagi dalam wujud seperti bayi di Betlehem, tetapi Yesus datang dalam wujud  yang berbeda, seperti orang miskin, sakit, seperti orang yang membutuhkan pertolongan dan kasih dari kita.
Biarlah di momen Natal ini, kita dapat membagikan kasih bagi orang-orang disekitar kita, karena Yesus lahir bukan saja kepada kita kepada semua orang.
3.      Marilah kita memberitakan kasih Kristus kepada orang disekitar kita.
Saudara, dalam satu buku,  Hemingway, menceritakan bahwa di Spanyol ada  seorang  Bapa bertengkar dengan anaknya, anaknya lari ke Madrid dan ia  memutuskan untuk berdamai dengan putranya. Dengan penuh rasa sesal, sang ayah memasang iklan di surat kabar El Liberal, “Paco temui papa di Hotel Montana hari Selasa tengah hari. Semua sudah dimaafkan. Papa.” Untuk kita ketahui, Paco adalah nama yang sangat umum di Spanyol. Mungkin serupa dengan nama “” di Indonesia. Nah, ketika sang ayah yang sangat merindukan putranya itu datang ke halaman hotel Selasa siang yang dinanti-nanti itu, ia tidak pernah menduga apa yang akan ditemuinya…. sekitar delapan ratus pemuda bernama Paco menunggu ayah mereka. 800 Paco juga ternyata juga sangat membutuhkan pengampunan ayah mereka.
Bayangkan bagaimana masing-masing Paco itu ketika  membuka surat kabar dan membaca kalimat itu, “Paco… semua sudah dimaafkan. Papa.” Betapa hati mereka terguncang dipenuhi dengan pengharapan yang besar bahwa iklan itu benar ditujukan bagi mereka. Betapa mereka mengharapkan bahwa papa merekalah yang menulis iklan itu. Betapa hati mereka merindukan pengampunan, penerimaan kembali. Bayangkan pula betapa kagetnya masing-masing Paco ini menemukan 800 Paco lain yang menanti di tempat yang sama siang itu. Betapa mata mereka terus mencari berkeliling mencari ayah yang mereka rindukan. Dan betapa sakitnya mengetahui bahwa hanya satu Paco yang beroleh anugerah itu, sementara—katakan saja—799 Paco lain harus pulang dengan kekecewaan yang mendalam dan terus mengharapkan pengampunan.
Hari ini, ada banyak orang-orang yang seperti 799 orang yang bernama Paco, yang membutuhkan dan mengharapkan pengampunan dari Allah Bapa di surga, membutuhkan pengampunan dari Tuhan, atas segala dosa dan kesalahan mereka. Ada banyak orang , membutuhkan kasih karunia Tuhan, tetapi tidak orang yang membagikan berita bahagia ini, bahwa Yesus lahir untuk saya dan untuk mereka.
Banyak orang percaya hanya mengatakan bahwa Yesus lahir untuk saya dan tidak untuk orang lain, tidak untuk kamu. Saya tidak tahu mungkin ada diantara kita seperti demikian, yang mengatakan Yesus lahir untuk saya dan bukan untukmu. Melalui momen Natal malam ini, marilah kita memiliki pemahaman bahwa Yesus lahir bukan hanya untuk saya tetapi untuk kamu dan semua orang. Dengan demikian kita dapat membagikan kasih Kristus bagi orang lain.
Sdr. Karena kita sudah mengalami kasih Tuhan, bukti kita mengasihi Tuhan maka hendaklah kita membagikan kasih Tuhan itu kepada orang terdekat kita, kepada sesama dan semua orang. Kiranya Tuhan memberkati kita. Amin.



Tidak ada komentar: